Senjata Tajam Khas Tolaki Gambar: Koleksi Pribadi |
"Reise von derMingkoka-Bai nacbKendari, Südost-Celebes (339)"
Die Leute, welche wir in Kolaka sahen, waren meist schwer bewaffnet. Sie führen stets ein großes Schwert (Pade) mit sich, dessen Klinge etwa 60 cm lang und nach vorne zu bis 8 cm breit wird (Fig. 104). Dieses wird gewöhnlich ohne Scheide in der Hand, meist über die Schulter gelehnt, getragen. Wenn es, wie dies bei längeren Märschen geschieht, umgehängt werden soll, so wird als Scheide ein dünner Bambus gebraucht, welcher einseitig eine Rinne zur Aufnahme der Schneide aufweist oder auch ein Futteral aus Palmblattscheide , welches die ganze Klinge umschließt. Der gebogene Griff besteht aus Holz und Büffelhorn, ist manchmal fein poliert und groß genug, um mit beiden Händen angefaßt zu werden. Am Ende des Griffes ist bei neugefertigten Schwertern ein kleines, flachkegelförmiges Holzstück eingezapft und festgebunden, welches später durch eine gestielte Holzkugel ersetzt wird, in welche Menschenhaare, büschelweise verteilt, eingepflanzt sind. Neben dem Schwert fehlt natürlich die Lanze, mit oder ohne Widerhaken, nicht und ein Haumesser (tadu), das zumHolzschlagen und anderen häuslichen Arbeiten dient.
"Perjalanan dari Mekongga ke Kendari Sulawesi Tenggara (339)"
Orang-orang yang kami lihat di Kolaka kebanyakan bersenjata lengkap. Mereka selalu membawa pedang besar (pade), bilah yang panjangnya sekitar 60 cm dan lebar hingga 8 cm ke arah depan (Gbr. 104 terlampir diatas). Ini biasanya dikenakan tanpa sarung di tangan, biasanya disandarkan di atas bahu. Jika akan digantungkan di sekeliling badan (disampirkan), seperti pada pawai (alat-alat kerajaan) yang lebih panjang, digunakan sarung bambu tipis, yang memiliki lekukan di satu sisi untuk menampung bilah, atau wadah yang terbuat dari daun lontar yang membungkus seluruh bilah. Gagangnya yang melengkung terbuat dari kayu dan tanduk kerbau, terkadang dipoles halus dan cukup besar untuk digenggam dengan kedua tangan. Di ujung gagang pedang yang baru diproduksi, sepotong kayu kecil berbentuk kerucut datar dilumasi dan diikat, yang kemudian diganti dengan bola kayu bergagang, di mana rambut manusia ditanam dalam jumbai.¹Selain pedang, tentunya ada tombak, dengan atau tanpa duri, dan kujang (tadu) yang digunakan untuk memotong kayu dan pekerjaan rumah tangga lainnya.²
- Sumber: "Raisen in Celebes (Halaman 339)
Pada terjemahan di atas mengacu pada gambar di atas dijelaskan oleh Sarasin bahwa itu adalah sebuah “pade”, tanpa mengurangi pemahaman saudara Sarasin yang telah memberikan sedikit catatan tersendiri dengan banyak memberikan tafsir pribadi yang tidak sesuai dengan kenyataan khususnya tentang Tolaki Mekongga dalam perjalanan singkat tahun 1903. Kesalahan tersebut dapat terjadi karena terbatasnya pemahaman bahasa daerah dalam berkomunikasi sehingga dalam menafsirkan sesuatu kurang tepat.
¹ Mengenai senjata tradisional Tolaki, baik Tolaki Mekongga maupun Tolaki Konawe memiliki beberapa jenis senjata tradisional dengan bentuk dan peruntukannya sama. Sehubungan dengan itu, perlu diklarifikasi beberapa pemahaman yang salah dalam catatan saudara Sarasin tersebut.
Bahwa yang dimaksud pada gambar tersebut sebenarnya bukanlah “pade” melainkan “taáwu” (orang Sulawesi Selatan menyebutnya sinangké). Pade dalam bahasa Tolaki berarti parang, pade atau parang dalam masyarakat Tolaki adalah sebutan untuk berbagai jenis parang. Pade adalah alat yang digunakan untuk menunjang pekerjaan sehari-hari dan bukan bagian dari senjata tradisional yang digunakan untuk melakukan peperangan atau berperang, akan tetapi “Taáwu” dan “Pade” merupakan senjata tajam khas Tolaki yang masing-masing mempunyai fungsi sosial berbeda-beda.
Secara fisik, taáwu yang digunakan sebagai alat perang memiliki panjang bilah bervariasi antara 70cm - 100cm sedangkan pade atau parang ukurannya lebih gemuk dan pendek dari taáwu digunakan sebagai alat sehari-hari untuk menunjang pekerjaan rumah tangga, seperti memotong kayu dan lain-lain.
Ciri khas taáwu terletak pada gagangnya, taáwu yang disimpan sebagai senjata yang disebut podagai raha (Mekongga) atau podagai laika (KonaWe) digunakan sebagai alat pertahanan untuk membela diri biasanya tidak ditanami rambut manusia pada gagangnya, sedangkan taáwu yang digunakan khusus untuk perang biasanya ditanami rambut musuh yang terbunuh dalam pengayauan.
Suku Tolaki di Mekongga (ToMekongga) mempunyai berbagai jenis pade atau parang selain taáwu, antara lain: pade nggalauti, pade sondi, pade kandao, pade banggu-banggu dsb.
Selain pade dan taáwu, suku Tolaki di Mekongga juga memiliki senjata tajam berukuran kecil yang disebut piso (oPiso) atau pisau. Sama halnya dengan pade, peralatan pisau terdiri dari dua jenis yaitu piso (oPiso) dan golo-golo (badik) keduanya mempunyai fungsi yang berbeda, piso digunakan sebagai alat sehari-hari untuk menunjang pekerjaan rumah tangga sedangkan golo-golo digunakan sebagai senjata dalam perkelahian atau duel.
² Kujang (Tadu) yang dimaksud oleh Sarasin (gambar tidak terlampir) kemungkinan adalah parang jenis pade sondi yang biasa digunakan oleh Tadu (prajurit, tokoh, pelindung kerajaan) dan masyarakat pada umumnya dalam melakukan kegiatan berkebun, mengumpulkan hasil hutan dan lain-lain.
Adapun yang dimaksud tombak dalam catatan di atas, orang Tolaki menyebutnya Karada. Bentuk karada tersebut menyerupai tombak pada umumnya memiliki gagang rotan atau kayu dengan panjang 1,5 meter hingga 2,5 meter.
Ditulis dan Diterjemahkan oleh:
Olank Zakaria