Tomekonka-Kriegr in Kolaka (Prajurit ToMekongga di Kolaka) |
Tomekonka-Krieger in Kolaka
"Reise von derMingkoka-Bai nacbKendari, Südost-Celebes"
Die Schilde der Tome-konka sowohl, alsder weiter ostwärts wohnendenStämme bis zur Kendari-Bai hin, sind von etwas anderer Art, als wir sie bisher in Celebes ge-sehen. Sie bestehen aus Holz, sind 1,20 m hoch, etwa 20 cm breit und zeigen in der Mitte einen vor-springenden Buckel oder Kegel. Der Schildrand ist ringsum mit büschelweise angeordneten Menschen-haaren besetzt ; auch der Buckel trägt häufig ein solches Haarbüschel.
Als Panzer sahen wir in Kolaka blos die uns vom Norden der Halbinsel schon bekannten, aus Gn et um fasern gefloch-tcnen, ärmellosen Jacken, wie auch der Tomekonka-Krieger auf dem beigegebenen, nach einer Photographie hergestellten Bilde eine tragt. Mützen, aus Rotang geflochten, vollenden die Aus-rüstung.
Die photographische Arbeit ging hier im allgemeinen ohne große Schwierigkeit vor sich. Ein einziges Mal, bei Aufnahme eines Gruppenbildes, begann einer erst wie zum Scherz den Kriegs-tanz zu tanzen, wobei er sich aber mehr und mehr aufregte und zuletzt drohend gegen unsere zuschauenden Leute vorging, so daß wir sie schleunigst wegbefehlen mußten, worauf er sich nach und nach wieder beruhigte, eine Zeitlang noch schwer keuchend.
Prajurit ToMekongga di Kolaka
"Perjalanan dari Mekongga ke Kendari Sulawesi Tenggara"
Perisai ToMekongga, serta suku-suku yang lebih jauh ke timur sejauh Teluk Kendari, agak berbeda jenisnya dari apa yang selama ini kita lihat di Sulawesi. Terbuat dari kayu, tingginya 1,20 m, lebar sekitar 20 cm dan memperlihatkan punuk atau kerucut yang menonjol di tengahnya. Tepi perisai di sekelilingnya ditutupi dengan rambut manusia yang tersusun dalam jumbai; punuk juga sering memakai seberkas rambut seperti itu.
Satu-satunya baju besi yang kami lihat di Kolaka adalah jaket tanpa lengan yang ditenun dari serat melinjo, yang sudah kami kenal dari utara semenanjung, seperti prajurit ToMekongga pada gambar terlampir (gambar atas), dibuat dari foto, memakai topi yang dikepang terbuat dari rotan melengkapi pakaiannya.
Pekerjaan fotografi di sini umumnya berjalan tanpa kesulitan besar. Hanya sekali, ketika berfoto bersama, salah satu dari mereka mulai menari tarian perang (gambar tari perang) seolah-olah untuk lelucon, tetapi dia semakin bersemangat dan akhirnya bertindak mengancam penonton (kami), sehingga kami harus menyuruh mereka pergi secepat mungkin. lalu mereka pergi dan setelah tenang, masih terengah-engah untuk sementara waktu.
- Sumber: Reisen in Celebes - Erster Band, 1905
Tari perang Mekongga di Kolaka |
Golongan Ksatria ToMekongga
Awal terbentuknya pasukan kerajaan Mekongga tidak diketahui secara pasti. Dalam catatan sejarah baik berupa naskah tertulis maupun melalui tradisi pengisahan tidak ditemukan satu pun petunjuk mengenai hal tersebut. Begitu pula halnya melalui pendekatan sejarah peradaban suku-suku yang ada di pulau Sulawesi tidak satu pun memiliki sejarah awal mula terbentuknya pasukan kerajaan.
Kehadiran dan keterlibatan pasukan kerajaan hanya diperoleh dari peristiwa dan kejadian sejarah masa lampau oleh suku Tolaki disebut "mongaé". Mongaé atau mengayau adalah perang atau peperangan disertai pemenggalan kepala musuh. Peristiwa mongaé tersebut diperoleh dari kisah peperangan antar kelompok suku-suku yang ada di Sulawesi tenggara dan antar kerajaan. Peristiwa peperangan suku Tolaki telah dilakukan sejak masa awal migrasi terhadap suku-suku pribumi antara lain: ToKia (ToKea), ToAere dan ToMoronene.
Pria Dewasa Tokia (kanan) dan Anak-anak Tokia (kiri) |
Pasukan kerajaan dalam struktur kerajaan Mekongga juga tidak dijelaskan secara gamblang mengenai unsur-unsur dan pimpinan yang terdapat dalam pasukan kerajaan tersebut, kendati demikian dalam strata sosial suku Tolaki dikenal dua golongan masyarakat sebagai pelindung kerajaan yaitu Tadu dan Tamalaki.
Tadu adalah golongan ksatria yaitu golongan orang-orang yang terdiri dari orang-orang tua atau sesepuh yang memiliki kesaktian dan mahir beladiri disebut kondau yaitu bela diri sejenis silat. Setiap tadu sering juga disebut "langgai gēgē" atau laki-laki yang disegani karena memiliki kesaktian. Sedangkan Tamalaki adalah golongan ksatria yang dikenal sebagai prajurit kerajaan, kebanyakan dari mereka terdiri dari pemuda-pemuda yang telah berikrar untuk mengorbankan hidupnya demi kepentingan kerajaan.
Diterjemahkan dan Ditulis Oleh:
Olank Zakaria
Sumber gambar: Reisen in Celebes - Erster Band, 1905