FAKTA SEJARAH YANG DIPERTANYAKAN
Upaya mengungkap sejarah sebagai sebuah keprihatinan sekaligus kepedulian terhadap perjalanan dan peristiwa masa lalu yang sudah dilakukan baik melalui penelitian singkat, pencarian berbagai informasi dari sumber terpercaya, maupun pendapat rasional beberapa penulis dalam rilis buku adalah upaya berharga yang perlu diapresiasi.
Salah satu bukti aktivitas masa lalu yang merupakan bagian dari fakta sejarah di antaranya telah ditemukan di Sulawesi Tengah berupa patung kepala yang diketahui berasal dari tahun 1 Masehi dan diduga berkaitan dengan sejarah asal usul nenek moyang suku Tolaki Mekongga dan Tolaki Konawe yang mendiami semenanjung tenggara pulau Sulawesi. Bukti fisik ini sebenarnya dapat memberikan sumber daya yang sangat berharga untuk melengkapi catatan yang sudah ada.
Perolehan catatan sejarah berdasarkan pemaparan dari berbagai informan merupakan satu-satunya sumber yang masih berlangsung, hal ini dikarenakan Suku Tolaki Mekongga di Kabupaten Kolaka dan Tolaki Konawe di Kabupaten Konawe belum memiliki budaya literasi. Faktualitas sejarah peradaban suku Tolaki (Mekongga dan Konawe) saat ini masih membutuhkan kajian karena terdapat beberapa perbedaan naskah yang dapat menimbulkan keraguan terhadap fakta sejarah yang sebenarnya, jika terus dibiarkan tentu hal ini bisa menjadi sesuatu yang fatal. Dari catatan yang ada saat ini beberapa di antaranya dinilai sebagai versi individu karena dibuat tanpa dukungan fakta berupa bukti fisik dan hasil penelitian yang memadai.
Selain sumber sejarah diperoleh dari pengisahan atau cerita, sejarah masa lampau juga diperoleh dari narasi karya sastra yaitu seni gubahan menyerupai lagu berciri khas yang telah dikenal sejak lama oleh suku Tolaki sebagai salah satu bentuk tradisi. Menurut Ratna (2005:312), hakikat karya sastra adalah fiksi atau yang lebih sering disebut imajinasi. Imajinasi dalam karya sastra merupakan imajinasi yang didasarkan pada kenyataan.
Dari kedua sumber sejarah tersebut dapat dikatakan bahwa karya sastra lebih konsisten karena ibarat sebuah lagu liriknya dapat dengan mudah dihafal dengan baik dan dilestarikan tanpa adanya perubahan berarti dalam kurun waktu yang lama.
Dalam kaitannya dengan tradisi lisan bercerita, kecenderungan pergeseran nilai-nilai dalam muatan sejarah dapat terjadi secara turun-temurun kapan saja, karena faktor kodrat manusia seperti kelupaan karena penuaan, sentimen yang dapat mempengaruhi arah sejarah, termasuk keinginan pribadi yang disengaja untuk melakukan penambahan dan pengurangan fakta-fakta sejarah agar menjadi bagian dari peristiwa sejarah untuk kepentingan strata sosial pribadi, keluarga, dan kelompoknya sehingga sumber lisan ini sangat memerlukan kajian ilmiah.
Alhasil, akibat dari sejarah tersebut terlihat dari beberapa catatan yang beredar dan menjadi salah satu bentuk konflik di masyarakat karena mengandung naskah yang berbeda-beda, sehingga menimbulkan pertanyaan, MANA YANG BENAR?
Minimnya kajian keilmuan sejarah dan budaya ditambah dengan kurangnya keseriusan pemerintah dan tokoh adat dalam menjaga dan melestarikannya mengakibatkan munculnya berbagai catatan kontra produktif di kalangan masyarakat pada umumnya dalam memaknai beberapa peristiwa sejarah dan budaya daerah ini.
Kurangnya perhatian pemerintah daerah khususnya Kabupaten Kolaka melalui institusi terkait untuk melakukan penelitian atau kajian dalam merangkum catatan sejarah dan peninggalan sejarah menjadi suatu hal yang memprihatinkan mengingat bukti-bukti sejarah yang ada suatu saat bisa saja musnah akibat proses alam atau campur tangan manusia. Salah satu kekhawatiran mendasar adalah belum terungkapnya beberapa bukti sejarah, antara lain cerobong asap raksasa yang dibangun Romusa pada masa penjajahan Jepang dan bangkai pesawat di perairan Tanggetada yang masih menjadi misteri dan belum pernah disebutkan dalam catatan sejarah perjuangan masyarakat Kolaka.
Salah satu yang patut disesali adalah terowongan cerobong raksasa menuju ke laut sudah lama dirusak oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab, namun pemerintah tidak pernah berniat memperbaikinya agar bisa dijadikan situs perjuangan masyarakat Kolaka.
Gambar cerobong raksasa yang dibuat romusha pada zaman penjajahan Jepang
Akan halnya dengan situs sejarah, kebudayaan tradisional suku Tolaki di kabupaten Kolaka telah mengalami gradasi penurunan secara tajam, misalnya hasil karya sastra berupa budaya seni tradisional tula-tula, Nango, Tae Nango dan Anggo kini telah dianggap punah sedangkan yang bertahan hingga saat ini telah mengalami perubahan secara drastis melalui kolaborasi budaya kekinian misalnya tari tradisional lulo yang sudah tidak menggunakan gong sebagai pengiring gerakan tari, kenyataan tersebut merupakan sebuah kemunduran besar terhadap kebudayaan tradisional dikarenakan tidak adanya regulasi yang dibuat secara relevan oleh seluruh stakeholders daerah ini dalam menjaga dan melestarikan khazanah budaya bangsa.
Adapun catatan sejarah perjuangan yang beredar saat ini adalah rangkuman kisah individual yang dibuat untuk kepentingan pribadi sehingga mengabaikan peranan putra-putra pejuang asli Tolaki yang mempunyai peranan penting dalam perjuangan melawan penjajah di tanah Mekongga seperti Konggoasa Latambaga, Latorumo dan masih banyak lagi anak Tolaki yang telah mengorbankan jiwa dan raganya untuk mempertahankan kemerdekaan dan membebaskan negerinya dari cengkeraman penjajah namun hanya disinggung sekilas dalam catatan perjuangan masyarakat Kolaka. Berapa banyak dari mereka yang telah berjasa melawan dan menjadi korban pemberontakan gerombolan DI/TII pada kenyataannya mereka telah gugur tanpa termuat dalam catatan sejarah.
Menurut beberapa informasi yang kami dapatkan bahwa beberapa anggota veteran di Kab. Kolaka bukan sebagai pejuang kemerdekaan bahkan di antara mereka diyakini sebagai anggota gerombolan DI/TII.
Sejarah yang fatal.
Oleh:
Olank Zakaria